Ya,
terbangun dengan manis di Dermaga Saboyang. Laut sudah mulai pasang,
dan menampakkan arusnya yang mengarah ke barat. Ini bisa jadi refleksi
yang menyenangkan, disaat matahari belum muncul seutuhnya, kami sudah
disambut sapaan-sapaan hangat dari penduduk pulau yang lalu lalang di
Dermaga, serta beberapa kawan seperjuangan yang kembali ke dermaga untuk
menyaksikan sunrise. Matahari waktu itu masih sedikit malu-malu
terlihat. Namun, tanpa ragu dia menyebarkan sinarnya, menimbulkan
semburat kekuningan khas terbitnya fajar di Timur.
|
Well, that is the sunrise~ |
Pagi itu masih dingin sebenarnya. Saya juga masih
malas meninggalkan kantung tidur saya. Namun teringat akan pulau-pulau
dan gusung yang akan saya datangi nantinya, saya langsung bersemangat
melipat sleeping bag dan hal-hal lain. Tidak lupa narsis di pagi hari
serta mendokumentasikan matahari pagi serta yang menikmati mataharinya
di dermaga sana.
|
Mas Abi nyicipin jadi model :D |
Usai beberes barang bawaan semalam, kami langsung
menuju guest house untuk sarapan sekaligus persiapan explore.
Dengar-dengar kami akan mengunjungi 3 tempat dan satu tambahan dari pak
Supa (supir kapal) yang sedang berbaik hati memperkenalkan tempat baru
yang gak banyak orang tau. Sekitar pukul 8.00 Wita, kami memulai aksi
kami, eksplorasi besar-besaran bawah laut Kepulauan Balabalagan. Huray~
Pulau Popongan
Dari
sini, saya sudah tidak pernah melihat waktu lagi. Sebab saya dan
teman-teman semuanya asik menikmati indahnya kepulauan ini. Ya. Langit
yang terang dan cerah sama sekali tidak terlihat awan mendung. Birunya
luar biasa. Memantul sempurna di lautan luas yang visibilitinya mencapai
10 meter.. -mungkin- pokoknya sekedar kata-kata gak bisa menggambarkan
keindahannya. Ya, saya akui Sulawesi memang paling super soal laut. :D
|
Di Instagram saya, Foto ini judulnya
"Rumah Idaman" |
Pulau Popongan. Jarak tempuh dari Pulau Saboyang
mungkin sekitar 30-45 menit menggunakan kapal. Pulau ini didedikasikan
sebagai pulau yang paling bagus pantainya. Pasirnya putih terhampar
luas. Kemudian pantainya jauh sehingga saat pasang akan terlihat seperti
dua warna tergradasi. Pantai dangkalnya sendiri mungkin berjarak
sekitar 20 meter, dan kemudian langsung berbatasan dengan laut yang
dalam. Di pulau ini terlihat bangunan dermaga dari beton yang sedang
dalam proses pembuatannya.
Karena Mpo Norma dan Kak
Firman bilang bahwa di pulau ini gak ada karangnya, kami memutuskan
untuk tidak nyebur dulu sementara. Kami semua malah asik foto di pantai
berlatarkan laut yang biru, dan menikmati pasir yang lembut serta
berkeliling mencari kulit kerang yang unik. Hebatnya, disini banyak
sekali berserakan kulit kerang serba besar. Sama kaya yang dipake putri
duyung untuk menutupi dadanya. Ehmm.. bukan porno loh ya, tapi yang
paling deket pencitraannya ya itu. Hehe..
|
Imajinasinya kemudian dirusak oleh Mas Dony |
|
Touch the Sky!! | Photo By : AgusOkta |
|
With Mba Ina dan Mba Elli |
Setelah puas kami berfoto ria. Kami menyudahi
petualangan kami di pulau tersebut dan melanjutkan ke pulau selanjutnya.
Sambil bersiap-siap untuk nyemplung. Karena pulau selanjutnya adalah
termasuk jajaran pulau spesial di Balabalagan.
Pulau Samataha
Kurang lebih 30 menit dari
pulau Popongan, kami semua merapat di dermaga pulau Samataha yang
putus. Ya. Saya bilang putus karena memang dermaganya putus di
tengah-tengah jalan. Sehingga akses ke pulau memang harus terjun
langsung dari kapal menuju laut. Berhubung temen-temen juga beberapa gak
bisa berenang, akhirnya mereka tetep nekat naik ke atas dermaga
kemudian merambat turun di laut yang dangkal. Haha.. kami memang super
semua.
Intinya kejernihan airnya memang gak usah
diragukan lagi. Laut di Sulawesi memang selalu menyenangkan hati buat
para pecinta laut seperti saya. Dan yang lebih serunya lagi, di Pulau
Samataha ini ada beberapa Kima Raksasa yang tumbuh di bawah dermaganya.
Mungkin masih sekitar 7-8 ekor yang masih hidup, sisanya hanya cangkang.
Kima raksasa ini tingginya sekitar 30-40 cm dengan diameter 50-70 cm.
Kima ini cukup menyeramkan loh, bikin imajinasi liar kemana-mana.
Ngebayangin seandainya cangkangnya terbuka dan kaki saya gak sengaja
masuk, kemudian dia menutup cangkangnya lagi.... aaaakkk seraaaam.
|
Ini dia Kima Raksasa. Bayangin dong
kalau kakinya kejepit disana. :D | Photo By : Pak Fadli |
Terus, selain itu, terumbu karang disini sampai ke
tempat yang dangkal loh. Yang dalamnya kurang lebih cuma sepinggang.
Jadi, modal kacamata dan nunduk doang udah bisa menikmati aquarium air
asin alami yang keren. Ini berarti laut di sekitaran pulau ini
benar-benar terjaga. Tapi, ya memang, laut dengan intensitas air yang
bagus seperti ini akan banyak sekali bulu babinya. Jadi, sebaiknya
memang harus hati-hati juga untuk menikmati coral di sana.
|
Hallo Bulu Babi ;) | Photo By :Pak Fadli |
Saya sendiri, memilih untuk tidak snorkling di sana.
Karena saya takut fins saya menginjak karang. Kasian, mereka butuh
bertahun-tahun untuk tumbuh dan sangat sensitif dengan perubahan. Kalau
sampai kena kayuhan fins, mungkin saja patah, sehingga saya memilih ke
area yang lebih dalam, di depan dermaga. Di depan dermaga, saat itu
kedalaman mungkin sekitar 4-5 meter dan kemudian tubir (lereng) yang
lumayan dalam.
|
Pas banget buat Freediving | Photo By : Pak Fadli |
Saya yang masih belum terlalu lancar snorkeling,
masih sering terengah-engah dan panik mencari pegangan jadi lebih sering
dekat-dekat tiang dermaga. Dan di tiang-tiang itu pun banyak sekali
karang cantik yang menempel. Ada yang seperti kipas berdaun seperti
cemara. Terus ada juga pakis laut berwarna merah. Wuah.. pokoknya saya
terkagum-kagum melihat warna merah di dalam laut. Kontras banget.
|
Iya, ini di dalam laut. :) | Photo By :Ina Efendi |
|
Ini saya namai cemara laut, karena helaiannya
mirip daun cemara | Photo By :Ina Effendi |
Setelah puas bermain-main dengan air, kami kembali ke
kapal. Dengan keadaan masih basah kami menuju Gusung Pasir Putih. Dan
kami menyempatkan makan siang di atas kapal, karena ternyata perut kami
sudah meronta-ronta. :D
Gusung Pasir Putih
Sekitar
30 menit kami berlayar, dan akhirnya menemukan sebuah gusung. Karena
karang yang padat mengelilingi gusung tersebut, maka kapal lagi-lagi
tidak bisa menambat di daratan. Kapal 2 bahkan terjebak karang, sehingga
tempat melabuhkan jangkarnya berjarak 50 meter dari kapal satu.
Penghuni kapal satu udah langsung nyebur aja. Karena semuanya berhasrat
naik ke darat.
Kami bermain-main sambil menunggu kapal 2
selesai memperbaik kapalnya. Saya, Mpo Norma, Kak Firman, Lumi, Mbak
Elli serta pak Fadli mempelopori menginjakkan kaki di Gusung. Sepanjang
jalan dari kapal menuju gusung, kami melihat banyak sekali karang yang
indah dan tumbuh rapat. Belum lagi warna warni ikan yang berseliweran.
Ah.. sudahlah, seperti surga.
|
Hai, Blue Patrick~ | Photo By :Pak Fadli |
Sesampainya di Gusung, saya takjub dengan hamparan
pasirnya yang seperti tepung. Putih dan lembut sekali. Sayangnya,
sesekali saya melihat sampah manusia berupa plastik makanan terdampar
disana. Mungkin terbawa arus, mungkin juga dibuang oleh yang tidak
bertanggung jawab saat berkunjung kesana. Tapi, tetap, keindahannya
tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
|
Eh, itu aku, akuuu .. :D | Photo By : Pak Fadli |
Apalagi, saat saya mulai tawaf ke bagian belakang.
Wah, cuma bisa terkejut sambil mengucapkan tasbih. Ternyata dibelakang
gusung tersebut yang kebetulan airnya sedang surut dan rendah. Dan
terbentanglah luas karang yang hidup di kedalaman air sekitar 20cm.
Aih.. mungkin karena medianya rendah, semua karang-karang itu ikutan
mengecil menjadi mini. Pokoknya superb! Namun, harus sedikit memendam
kekecewaan karena gak bisa explore karang tersebut hingga keujung. Siapa
yang berani? Kalau disela-sela karang mini itu, terdapat bulu babi
yang mini pula, dalam jumlah yang banyak. :D Jadi, kami hanya menikmati
dari pinggir. Kecuali pak Fadli, dengan gear lengkap, wetsuit dan boots
khususnya, tegar menantang menghadapi kawanan bulu babi. Haha, beliau
yang dengan ikhlasnya memoto kami dari tengah karang cetek tersebut.
|
Tuh, kumpulan karangnya. Duduk aja keliatan |
Photo By : Pak Fadli |
|
Asik sendiri di pinggir laut. | Photo By : Pak Fadli |
Setelah puas berfoto dan menikmati keindahan gusung
pasir putih ini, kami kembali ke kapal. Dan melihat kapal dua juga asik
dengan lokasinya. Bahkan, mereka menolak pergi dari spot tersebut.
Namun, kapal satu sudah duluan menuju Pulau Sumanga. Karena mengejar
waktu agar tidak kemalaman di jalan.
|
Ternyata kapal 2 menemukan ini... | Photo By : Ina Effendi |
|
... dan ini... amazing! | Photo By : Ina Effendi |
Pulau Sumanga
Sumanga
merupakan pelafalan "Semangat" dari penduduk sekitar Kepulauan
Balabalagan. Masih nggak ngerti juga kenapa Pulau ini disebut sebagai
Pulau Sumanga. Apa karena pulau ini memberikan semangat? Entahlah. Saya
sendiri masih agak ragu dengan sebutan "Pulau". Karena Pulau ini sendiri
hanya seluas lapangan sepakbola berbentuk bulan sabit dengan tumbuhan
rambat diatasnya. Saya cenderung menilai ini sebagai Gusung. Tapi,
siapalah saya. Ahli laut bukan.. Sarjana kelautan bukan.. Haha.. Jadi,
deal with it. Ini adalah Pulau Sumanga.
|
Kenapa selalu excited liat pohon kering gini yak? |
Dan karena udah kecapean. Saya sama sekali tidak
berniat buat nyebur. Tapi, tetap saja saya bawa fins dan snorkel saya ke
daratan. Kemudian mencari tempat berteduh, karena matahari siang itu
sedang berjaya tidak terganggu oleh satu awan pun. Sehingga warna laut
saat itu sungguh menggoda mata. Menggoda saya juga yang sedang berteduh
di bawah tumbuhan bakau untuk menatap lebih lama.
Selang
15 menit kemudian, Kelompok dari Kapal 2 menyusul. Ternyata memang
mereka menemukan spot yang menarik disana. Katanya sangat bagus sehingga
mereka nggak mau pergi tadi. Tapi, pada akhirnya menyusul juga.
Beberapa terlihat langsung menyebur ke lautnya, beberapa masih tetap
bernaung di bawah Pohon.
Saya sendiri, tertantang
dengan langitnya yang sedang biru maksimal. Mencoba mengabadikan
landscape yang khas Kepulauan Balabalagan, sehingga nanti saat kembali
melihat warna-warna yang mewakili perasaan saat itu, saya kembali
teringat dengan perjalanan ke Pulau Sumanga ini. Ini juga menjadi
kesempatan saya buat mengabadikan gambar travelmate untuk saat ini. Kali
perdana dia turun ke laut, dan kali pertama menemani saya explore laut.
:D Selain itu, banyak hal yang menarik perhatian saya di pulau ini,
pasirnya yang putih, warna lautnya yang cantik, bentuk pulau yang
seperti Laguna, dan ranting-ranting pohon yang mati dan terdampar di
pantai. Ah, saya suka sekali Pulau Sumanga.
|
Travelmatenya lagi dijemur. :p |
|
Hmmmm... Lihat Horizon itu. |
|
What a Perfect Blue Sky |
Sayangnya, saat saya coba untuk menyelami airnya,
banyak sekali karang-karang yang mati. Pecahan-pecahan coral terhambur
sepanjang pantai. Kemungkinan besar karena bom yang dilakukan masyarakat
sekitarnya. Memang sepertinya kesadaran masyarakat sekitar akan potensi
wisata laut di Kepulauan Balabalagan ini masih rendah. Sehingga, tidak
ada inisiatif tersendiri untuk menjaga dan mengembangkannya. Mungkin
dimaklumi pula, karena masyarakat yang jauh dari pusat kabupaten,
sehingga agak terisolir. Makanya, agak sulit kalau akan dikembangkan
menjadi daerah wisata.
|
Karang yang sekarat.. | Photo By: Pak Fadli |
|
Ketemu ginian lagi ni. :D | Photo By :Pak Fadli |
Tetapi, tetap saja, disana saya dapat melihat
anemone berwarna biru yang berdiameter 30 cm dihuni oleh banyak sekali
Nemo-nemo (clown fish) mini. Aw..
so cute. Mungkin indukan Clown
Fishnya sedang mencari makan, dan anak-anaknya ditinggal di anemone
tersebut. Oia kalau boleh menambahkan, anemone itu adalah hewan
invertebrata yang dapat bergerak. Ya, anemone ini bukan tumbuhan,
melainkan hewan, sehingga dia dapat berpindah tempat ke manapun yang dia
rasa aman. :)
|
Anemone Berwarna Biruu~ | Photo By : Pak Fadli |
Puas bermain pasir pantai dan hunting foto, kami semua akhirnya kembali ke pulau saboyang dengan perasaan senang.
Pulau Saboyang
Merapat
kembali di dermaga pulau Saboyang. Kali ini tidak ada acara
nyemplung-nyemplungan lagi. Sumpah udah capek dan tepar. Segera ingin
mandi, berganti baju dan mengistirahatkan semua otot-otot yang udah di
eksploitasi habis-habisan hari ini. Kembali mandi masal di sumur,
kembali makan bareng setelah mandi dan sholat. Dan kemudian
bercengkrama.
|
Menyempatkan diri melihat tenggelamnya sang surya.
Untuk terakhir kali, sebelum kembali lagi. :) | Photo By : AgusOkta |
Hari kedua perjalanan panjang yang tidak
mengecewakan. Bagaimana pun, ditukar dengan apapun, keindahan bawah laut
Kepulauan Balabalagan tidak bisa disandingkan. Lelah perjalanan, biaya
dan keluh kesah teman-teman seperjalanan tidak mampu menghilangkan
cengiran senang di bibir ini. Ya, saya sangat menyukai perjalanan ini
dan mensyukuri betapa saya masih diperbolehkan melihat ciptaan langsung
dari tangan Sang Maha Kuasa.
Malamnya, kembali berjejal
di dermaga pulau. Saya, masih dengan niat mencari foto milkiway. Kali
ini angin tidak terlalu kencang, dan langit tiada berawan. Saya sengaja
terjaga sampai pukul 23.00 WITA, supaya mendapat foto yang sempurna.
Dibantu oleh mas Agus, karena si bodoh ini masih sangat amatir, akhirnya
saya bisa mendapatkan foto yang paling oke. Walaupun terangnya bintang
saat itu masih kalah dengan malam sebelumnya, tapi sudahlah, sabuk
galaksi itu sudah saya abadikan.
No more hurt feeling. My Obsession is well done. :)
|
There.. there.. universe~ |
Dan kemudian, saya tidur dengan nyenyak malam itu.
"Selamat malam, Semesta. Selamat Tidur,
Paradise."
..:: To Be Continued ::..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar