Halaman

Incredible Kepulauan Balabalagan (Part II) : Exploring Time !!

Pulau Samataha
Tiada kebahagiaan yang lebih menggetarkan hati, selain bangun di pagi hari disambut sapaan damai dari deru ombak, hangatnya sinar mentari, kicau burung yang cerewet, serta sapaan selamat pagi dari teman-teman yang setia. - Wanita Pecinta Laut.


Hari Kedua, Minggu, 30 Maret 2014. 

Ya, terbangun dengan manis di Dermaga Saboyang. Laut sudah mulai pasang, dan menampakkan arusnya yang mengarah ke barat. Ini bisa jadi refleksi yang menyenangkan, disaat matahari belum muncul seutuhnya, kami sudah disambut sapaan-sapaan hangat dari penduduk pulau yang lalu lalang di Dermaga, serta beberapa kawan seperjuangan yang kembali ke dermaga untuk menyaksikan sunrise. Matahari waktu itu masih sedikit malu-malu terlihat. Namun, tanpa ragu dia menyebarkan sinarnya, menimbulkan semburat kekuningan khas terbitnya fajar di Timur.

Well, that is the sunrise~
Pagi itu masih dingin sebenarnya. Saya juga masih malas meninggalkan kantung tidur saya. Namun teringat akan pulau-pulau dan gusung yang akan saya datangi nantinya, saya langsung bersemangat melipat sleeping bag dan hal-hal lain. Tidak lupa narsis di pagi hari serta mendokumentasikan matahari pagi serta yang menikmati mataharinya di dermaga sana.

Mas Abi nyicipin jadi model :D
Usai beberes barang bawaan semalam, kami langsung menuju guest house untuk sarapan sekaligus persiapan explore. Dengar-dengar kami akan mengunjungi 3 tempat dan satu tambahan dari pak Supa (supir kapal) yang sedang berbaik hati memperkenalkan tempat baru yang gak banyak orang tau. Sekitar pukul 8.00 Wita, kami memulai aksi kami, eksplorasi besar-besaran bawah laut Kepulauan Balabalagan. Huray~

Pulau Popongan

Dari sini, saya sudah tidak pernah melihat waktu lagi. Sebab saya dan teman-teman semuanya asik menikmati indahnya kepulauan ini. Ya. Langit yang terang dan cerah sama sekali tidak terlihat awan mendung. Birunya luar biasa. Memantul sempurna di lautan luas yang visibilitinya mencapai 10 meter.. -mungkin- pokoknya sekedar kata-kata gak bisa menggambarkan keindahannya. Ya, saya akui Sulawesi memang paling super soal laut. :D

Di Instagram saya, Foto ini judulnya
"Rumah Idaman"
Pulau Popongan. Jarak tempuh dari Pulau Saboyang mungkin sekitar 30-45 menit menggunakan kapal. Pulau ini didedikasikan sebagai pulau yang paling bagus pantainya. Pasirnya putih terhampar luas. Kemudian pantainya jauh sehingga saat pasang akan terlihat seperti dua warna tergradasi. Pantai dangkalnya sendiri mungkin berjarak sekitar 20 meter, dan kemudian langsung berbatasan dengan laut yang dalam. Di pulau ini terlihat bangunan dermaga dari beton yang sedang dalam proses pembuatannya.

Karena Mpo Norma dan Kak Firman bilang bahwa di pulau ini gak ada karangnya, kami memutuskan untuk tidak nyebur dulu sementara. Kami semua malah asik foto di pantai berlatarkan laut yang biru, dan menikmati pasir yang lembut serta berkeliling mencari kulit kerang yang unik. Hebatnya, disini banyak sekali berserakan kulit kerang serba besar. Sama kaya yang dipake putri duyung untuk menutupi dadanya. Ehmm.. bukan porno loh ya, tapi yang paling deket pencitraannya ya itu. Hehe..

Imajinasinya kemudian dirusak oleh Mas Dony
Touch the Sky!! | Photo By : AgusOkta
With Mba Ina dan Mba Elli
Setelah puas kami berfoto ria. Kami menyudahi petualangan kami di pulau tersebut dan melanjutkan ke pulau selanjutnya. Sambil bersiap-siap untuk nyemplung. Karena pulau selanjutnya adalah termasuk jajaran pulau spesial di Balabalagan.

Pulau Samataha

Kurang lebih 30 menit dari pulau Popongan, kami semua merapat di dermaga pulau Samataha yang putus. Ya. Saya bilang putus karena memang dermaganya putus di tengah-tengah jalan. Sehingga akses ke pulau memang harus terjun langsung dari kapal menuju laut. Berhubung temen-temen juga beberapa gak bisa berenang, akhirnya mereka tetep nekat naik ke atas dermaga kemudian merambat turun di laut yang dangkal. Haha.. kami memang super semua.

Intinya kejernihan airnya memang gak usah diragukan lagi. Laut di Sulawesi memang selalu menyenangkan hati buat para pecinta laut seperti saya. Dan yang lebih serunya lagi, di Pulau Samataha ini ada beberapa Kima Raksasa yang tumbuh di bawah dermaganya. Mungkin masih sekitar 7-8 ekor yang masih hidup, sisanya hanya cangkang. Kima raksasa ini tingginya sekitar 30-40 cm dengan diameter 50-70 cm. Kima ini cukup menyeramkan loh, bikin imajinasi liar kemana-mana. Ngebayangin seandainya cangkangnya terbuka dan kaki saya gak sengaja masuk, kemudian dia menutup cangkangnya lagi.... aaaakkk seraaaam.

Ini dia Kima Raksasa. Bayangin dong
kalau kakinya kejepit disana. :D | Photo By : Pak Fadli
Terus, selain itu, terumbu karang disini sampai ke tempat yang dangkal loh. Yang dalamnya kurang lebih cuma sepinggang. Jadi, modal kacamata dan nunduk doang udah bisa menikmati aquarium air asin alami yang keren. Ini berarti laut di sekitaran pulau ini benar-benar terjaga. Tapi, ya memang, laut dengan intensitas air yang bagus seperti ini akan banyak sekali bulu babinya. Jadi, sebaiknya memang harus hati-hati juga untuk menikmati coral di sana.

Hallo Bulu Babi ;) | Photo By :Pak Fadli
Saya sendiri, memilih untuk tidak snorkling di sana. Karena saya takut fins saya menginjak karang. Kasian, mereka butuh bertahun-tahun untuk tumbuh dan sangat sensitif dengan perubahan. Kalau sampai kena kayuhan fins, mungkin saja patah, sehingga saya memilih ke area yang lebih dalam, di depan dermaga. Di depan dermaga, saat itu kedalaman mungkin sekitar 4-5 meter dan kemudian tubir (lereng) yang lumayan dalam.

Pas banget buat Freediving | Photo By : Pak Fadli
Saya yang masih belum terlalu lancar snorkeling, masih sering terengah-engah dan panik mencari pegangan jadi lebih sering dekat-dekat tiang dermaga. Dan di tiang-tiang itu pun banyak sekali karang cantik yang menempel. Ada yang seperti kipas berdaun seperti cemara. Terus ada juga pakis laut berwarna merah. Wuah.. pokoknya saya terkagum-kagum melihat warna merah di dalam laut. Kontras banget.

Iya, ini di dalam laut. :) | Photo By :Ina Efendi
Ini saya namai cemara laut, karena helaiannya
mirip daun cemara | Photo By :Ina Effendi
Setelah puas bermain-main dengan air, kami kembali ke kapal. Dengan keadaan masih basah kami menuju Gusung Pasir Putih. Dan kami menyempatkan makan siang di atas kapal, karena ternyata perut kami sudah meronta-ronta. :D

Gusung Pasir Putih

Sekitar 30 menit kami berlayar, dan akhirnya menemukan sebuah gusung. Karena karang yang padat mengelilingi gusung tersebut, maka kapal lagi-lagi tidak bisa menambat di daratan. Kapal 2 bahkan terjebak karang, sehingga tempat melabuhkan jangkarnya berjarak 50 meter dari kapal satu. Penghuni kapal satu udah langsung nyebur aja. Karena semuanya berhasrat naik ke darat.

Kami bermain-main sambil menunggu kapal 2 selesai memperbaik kapalnya. Saya, Mpo Norma, Kak Firman, Lumi, Mbak Elli serta pak Fadli mempelopori menginjakkan kaki di Gusung. Sepanjang jalan dari kapal menuju gusung, kami melihat banyak sekali karang yang indah dan tumbuh rapat. Belum lagi warna warni ikan yang berseliweran. Ah.. sudahlah, seperti surga.

Hai, Blue Patrick~ | Photo By :Pak Fadli
Sesampainya di Gusung, saya takjub dengan hamparan pasirnya yang seperti tepung. Putih dan lembut sekali. Sayangnya, sesekali saya melihat sampah manusia berupa plastik makanan terdampar disana. Mungkin terbawa arus, mungkin juga dibuang oleh yang tidak bertanggung jawab saat berkunjung kesana. Tapi, tetap, keindahannya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Eh, itu aku, akuuu .. :D | Photo By : Pak Fadli
Apalagi, saat saya mulai tawaf ke bagian belakang. Wah, cuma bisa terkejut sambil mengucapkan tasbih. Ternyata dibelakang gusung tersebut yang kebetulan airnya sedang surut dan rendah. Dan terbentanglah luas karang yang hidup di kedalaman air sekitar 20cm. Aih.. mungkin karena medianya rendah, semua karang-karang itu ikutan mengecil menjadi mini. Pokoknya superb! Namun, harus sedikit memendam kekecewaan karena gak bisa explore karang tersebut hingga keujung. Siapa yang berani? Kalau disela-sela karang mini itu, terdapat bulu babi yang mini pula, dalam jumlah yang banyak. :D Jadi, kami hanya menikmati dari pinggir. Kecuali pak Fadli, dengan gear lengkap, wetsuit dan boots khususnya, tegar menantang menghadapi kawanan bulu babi. Haha, beliau yang dengan ikhlasnya memoto kami dari tengah karang cetek tersebut.

Tuh, kumpulan karangnya. Duduk aja keliatan |
Photo By : Pak Fadli
Asik sendiri di pinggir laut. | Photo By : Pak Fadli
Setelah puas berfoto dan menikmati keindahan gusung pasir putih ini, kami kembali ke kapal. Dan melihat kapal dua juga asik dengan lokasinya. Bahkan, mereka menolak pergi dari spot tersebut. Namun, kapal satu sudah duluan menuju Pulau Sumanga. Karena mengejar waktu agar tidak kemalaman di jalan.

Ternyata kapal 2 menemukan ini... | Photo By : Ina Effendi
... dan ini... amazing! | Photo By : Ina Effendi
 Pulau Sumanga

Sumanga merupakan pelafalan "Semangat" dari penduduk sekitar Kepulauan Balabalagan. Masih nggak ngerti juga kenapa Pulau ini disebut sebagai Pulau Sumanga. Apa karena pulau ini memberikan semangat? Entahlah. Saya sendiri masih agak ragu dengan sebutan "Pulau". Karena Pulau ini sendiri hanya seluas lapangan sepakbola berbentuk bulan sabit dengan tumbuhan rambat diatasnya. Saya cenderung menilai ini sebagai Gusung. Tapi, siapalah saya. Ahli laut bukan.. Sarjana kelautan bukan.. Haha.. Jadi, deal with it. Ini adalah Pulau Sumanga.

Kenapa selalu excited liat pohon kering gini yak?
Dan karena udah kecapean. Saya sama sekali tidak berniat buat nyebur. Tapi, tetap saja saya bawa fins dan snorkel saya ke daratan. Kemudian mencari tempat berteduh, karena matahari siang itu sedang berjaya tidak terganggu oleh satu awan pun. Sehingga warna laut saat itu sungguh menggoda mata. Menggoda saya juga yang sedang berteduh di bawah tumbuhan bakau untuk menatap lebih lama.

Selang 15 menit kemudian, Kelompok dari Kapal 2 menyusul. Ternyata memang mereka menemukan spot yang menarik disana. Katanya sangat bagus sehingga mereka nggak mau pergi tadi. Tapi, pada akhirnya menyusul juga. Beberapa terlihat langsung menyebur ke lautnya, beberapa masih tetap bernaung di bawah Pohon.

Saya sendiri, tertantang dengan langitnya yang sedang biru maksimal. Mencoba mengabadikan landscape yang khas Kepulauan Balabalagan, sehingga nanti saat kembali melihat warna-warna yang mewakili perasaan saat itu, saya kembali teringat dengan perjalanan ke Pulau Sumanga ini. Ini juga menjadi kesempatan saya buat mengabadikan gambar travelmate untuk saat ini. Kali perdana dia turun ke laut, dan kali pertama menemani saya explore laut. :D Selain itu, banyak hal yang menarik perhatian saya di pulau ini, pasirnya yang putih, warna lautnya yang cantik, bentuk pulau yang seperti Laguna, dan ranting-ranting pohon yang mati dan terdampar di pantai. Ah, saya suka sekali Pulau Sumanga.

Travelmatenya lagi dijemur. :p
Hmmmm... Lihat Horizon itu.
What a Perfect Blue Sky
Sayangnya, saat saya coba untuk menyelami airnya, banyak sekali karang-karang yang mati. Pecahan-pecahan coral terhambur sepanjang pantai. Kemungkinan besar karena bom yang dilakukan masyarakat sekitarnya. Memang sepertinya kesadaran masyarakat sekitar akan potensi wisata laut di Kepulauan Balabalagan ini masih rendah. Sehingga, tidak ada inisiatif tersendiri untuk menjaga dan mengembangkannya. Mungkin dimaklumi pula, karena masyarakat yang jauh dari pusat kabupaten, sehingga agak terisolir. Makanya, agak sulit kalau akan dikembangkan menjadi daerah wisata.

Karang yang sekarat.. | Photo By: Pak Fadli
Ketemu ginian lagi ni. :D | Photo By :Pak Fadli
 Tetapi, tetap saja, disana saya dapat melihat anemone berwarna biru yang berdiameter 30 cm dihuni oleh banyak sekali Nemo-nemo (clown fish) mini. Aw.. so cute. Mungkin indukan Clown Fishnya sedang mencari makan, dan anak-anaknya ditinggal di anemone tersebut. Oia kalau boleh menambahkan, anemone itu adalah hewan invertebrata yang dapat bergerak. Ya, anemone ini bukan tumbuhan, melainkan hewan, sehingga dia dapat berpindah tempat ke manapun yang dia rasa aman. :)

Anemone Berwarna Biruu~ | Photo By : Pak Fadli
Puas bermain pasir pantai dan hunting foto, kami semua akhirnya kembali ke pulau saboyang dengan perasaan senang.

Pulau Saboyang

Merapat kembali di dermaga pulau Saboyang. Kali ini tidak ada acara nyemplung-nyemplungan lagi. Sumpah udah capek dan tepar. Segera ingin mandi, berganti baju dan mengistirahatkan semua otot-otot yang udah di eksploitasi habis-habisan hari ini. Kembali mandi masal di sumur, kembali makan bareng setelah mandi dan sholat. Dan kemudian bercengkrama.

Menyempatkan diri melihat tenggelamnya sang surya.
Untuk terakhir kali, sebelum kembali lagi. :) | Photo By : AgusOkta
Hari kedua perjalanan panjang yang tidak mengecewakan. Bagaimana pun, ditukar dengan apapun, keindahan bawah laut Kepulauan Balabalagan tidak bisa disandingkan. Lelah perjalanan, biaya dan keluh kesah teman-teman seperjalanan tidak mampu menghilangkan cengiran senang di bibir ini. Ya, saya sangat menyukai perjalanan ini dan mensyukuri betapa saya masih diperbolehkan melihat ciptaan langsung dari tangan Sang Maha Kuasa.

Malamnya, kembali berjejal di dermaga pulau. Saya, masih dengan niat mencari foto milkiway. Kali ini angin tidak terlalu kencang, dan langit tiada berawan. Saya sengaja terjaga sampai pukul 23.00 WITA, supaya mendapat foto yang sempurna. Dibantu oleh mas Agus, karena si bodoh ini masih sangat amatir, akhirnya saya bisa mendapatkan foto yang paling oke. Walaupun terangnya bintang saat itu masih kalah dengan malam sebelumnya, tapi sudahlah, sabuk galaksi itu sudah saya abadikan. No more hurt feeling. My Obsession is well done. :)

There.. there.. universe~
Dan kemudian, saya tidur dengan nyenyak malam itu.
"Selamat malam, Semesta. Selamat Tidur, Paradise."

..:: To Be Continued ::..

N.B. : Ternyata saya masih ingat dengan jelas semua cerita ini. :) Memang Balabalagan menyimpan asa. Saya akan kembali ke sana lagi. Pasti. Terimakasih buat yang merelakan foto underwaternya dan foto pribadinya untuk di share. Yang mau liat foto lainnya boleh PM kok. :)

Baca Incredible Kepulauan Balabalagan (Part III | End) : Miss You Already, Balabalagan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar