Halaman

Menantang Phobia Pada Ketinggian di Bukit Bangkirai

Jembatan Gantung di Bukit Bangkirai
Hari Ke-3 dalam FAMTrip Kutai Kartanegara bersama Blogger dan Kementrian Pariwisata, kami akan menyambangi hal paling dibanggakan oleh Kalimantan. Yaitu Hutan. Kami akan mengunjungi Hutan-hutan wisata di Kutai Kartanegara dan merasakan bagaimana menyenangkannya suasana di hutan.

Kali ini kami sekaligus mencoba menantang ketinggian. Dan saya sekaligus mencoba peruntungan saya soal ketinggian. Bagaimanapun saya paling lemah jika berhadapan dengan ketinggian. Meskipun sudah beberapa kali saya meniti jembatan ini, namun tetap saja kaki ini selalu gemetar ketika menjalaninya. Mari kita lihat apakah kali ini saya sudah bisa mengatasinya.

Perjalanan menuju Bukit Bangkirai dapat ditempuh sekitar 3 jam dari Samarinda. Karena kami menginap di Senipah Resort Samboja, perjalanan yang ditempuh tinggal 1,5 jam saja. Bukit Bangkirai dapat diakses dari KM 38 ke arah Sepaku dan Petung. Lokasinya berada dalam area wilayah PT. Inhutani I Unit Balikpapan, karena memang Bukit Bangkirai ini sendiri dikelola oleh perusahaan tersebut.Namun, memang harus cukup berhati-hati untuk menuju kesana. Karena jalan perusahaan, maka ketika hujan akan menjadi sangat licin. Sangat di rekomendasikan untuk menggunakan kendaraan yang biasa melalui jalan offroad.

Bukit Bengkirai ini menawarkan pesona hutan hujan tropis yang masih alami, dan dilengkapi sarana serta prasarana seperti restoran, lamin untuk pertemuan, penginapan maupun sarana kegitan outdoor. Dan yang paling penting, kawasan ini memiliki Canopy Bridge (Jembatan Tajuk) sepanjang 64 meter yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai di ketinggian 30 meter. Ketinggian yang cukup untuk membuat lutut saya bergetar.

Canopy Bridge ini sendiri merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan kedelapan di Dunia. Dibangun sejak Februari 1998 sehingga usia jembatan tersebut hampir 20 tahun. Umur jembatan tajuk ini dari selesainya diperkirakan dapat mampu bertahan selama 15-20 tahun sesuai dengan umur dan ketahanan bahan. Berarti sudah mau rubuh dong? Tentu saja tidak. Jembatan ini sudah melalui pemeliharaan beberapa kali dan masih lolos uji kelayakan, sehingga masih sangat aman.

Hutan di Bukit Bangkirai
Yuki (@yukianggia)
Untuk mencapai jembatan ini, kami harus trekking sepanjang kurang lebih 500 meter menanjak. Tapi tenang saja, jarak itu tidak akan terasa sebab kita melaluinya sambil disuguhi pemandangan eksotis hutan hujan Kalimantan yang menjadi pasokan oksigen dunia. Treknya juga aman, karena dibuat tangga meniti ke atasnya.

Sejak langkah pertama menginjakkan kaki di trek ini, saya selalu merasa saya seperti tersedot ke dalam dunia lain. Rindangnya pepohonan, suara nyanyian serangga yang menyambut kita, bias-bias sinar matahari, benar-benar tepat menggambarkan keadaan hutan di negeri dongeng. Begitu mistis dan menyenangkan. Rasanya ingin menghirup banyak-banyak oksigen bersih di sekeliling hutan.

Selain itu juga kita bisa mengenal jenis-jenis pohon, karena di beberapa pohon diberikan keterangan jenis dan nama pohon. Oh iya, ternyata tidak hanya hewan yang dapat diadopsi, di bukit ini pohon juga bisa diadopsi. Cukup dengan 2 juta rupiah per 2 tahun, kita dapat membantu pohon tersebut untuk terus hidup. Dan nama kita juga dipampang di bawah keterangan pohon tersebut. Tertarik?

Tangga meniti pohon Bangkirai
Setelah sampai di Canopy Bridge, kami segera menaiki tangga yang dibangun mengelilingi pohon Bangkirai yang sangat besar. Diameternya sendiri saya perkirakan sekitar 1,5 meteran. Pohon Bangkirai ini diketahui diameternya akan bertambah 0,5 cm setiap tahun, jadi bisa dibayangkan berapa lama pohon ini sudah hidup kan?


Cuman sempat foto ini, terus turun.
Dan sesampainya di atas, ternyata saya masih saja takut dengan ketinggian. Lutut saya lemas, dan saya mengurungkan niat untuk meniti jembatan terpanjang di ujung sana, dengan view langsung ke hutan yang luas dari ketinggian. Saya harus terpaksa menyerah di pertengahan jalan dan langsung turun lagi. Panjang jembatan ini sekitar 62 meter dibagi menjadi 3 bagian. Dan kita naik kemudian turun dipohon yang berbeda.

Burung Enggang yang ramah.
Kami makan siang di kantin Bukit Bangkirai setelah puas merekam keindahan dari Jembatan Tajuk itu. Dan jangan kaget kalau kami ditemani seekor burung enggang ketika makan di sana. Ada satu burung Enggang yang mungkin sudah tidak bisa kembali ke habitat liar, bahkan warna paruhnya pun sudah memucat, tidak lagi berwarna kuning terang. Burung ini terbang dari satu pilar ke pilar lain di kantin. Kami menikmati ditemani olehnya sambil bersiap-siap menuju ke tempat selanjutnya.

Satu lagi, tiket masuk ke bukit bengkirai adalah Rp 7.000 untuk dewasa dan untuk bisa menikmati Canopy Bridge, harus membayar tiket masuknya pula sebesar Rp 25.000, dimana uang tiket tersebut digunakan untuk pemeliharaan Jembatan Gantung itu sendiri. Jadi, saya rasa itu wajar saja, supaya nantinya teman-teman lain atau bahkan anak cucu masih bisa merasakan sensasi meniti jembatan pohon dengan ketinggian 30 meter. 

Rombongan Blogger. Photo by : Mbak Nina (@ninayusab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar